Dari Mentari TB, Terbitlah Mentari Covid-19
Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakatan berbasis agama yang memiliki jumlah rumah sakit swasta terbanyak di Indonesia (107 rumah sakit, dan 235 Klinik pada 2019). Meskipun sebagai organisasi berbasis agama, namun dalam memberikan perawatan dan layanan kesehatan, semua rumah sakit Muhammadiyah tidak membeda-bedakan agama pasien, jenis kelamin, usia maupun status sosial ekonomi, semua akan menerima perawatan dan layanan standar yang sama.
Dengan tingginya kasus TB di Indonesia, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 27 negara dengan beban DR-TB tertinggi di dunia, maka pada bulan Maret 2020, MPKU PP Muhammadiyah mendapatkan kepercayaan dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) untuk menjalankan program Mentari TB. Fasilitas kesehatan dan jaringan komunitas yang dimiliki Muhammadiyah dipandang sangat bermanfaat dalam memberikan informasi yang benar tentang TB untuk mengurangi stigma, mempromosikan keadilan gender, mempromosikan perubahan perilaku dan kemandirian untuk membersihkan gaya hidup sehat, mengidentifikasi dan menjangkau TB yang lebih dugaan untuk meningkatkan penemuan kasus, menyediakan akses ke perawatan dan pemberitahuan, untuk semua kasus TB, terutama TB yang resistan terhadap obat.
Mentari TB adalah program tiga tahun yang dilaksanakan di 3 propinsi, yakni Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sejak 1 April 2020 hingga 31 Maret 2023, untuk memperluas akses ke pengobatan, perawatan, dan layanan DR-TB yang berkualitas melalui jaringan fasilitas kesehatan Muhammadiyah.
Program ini menargetkan adanya peningkatan penemuan kasus DR-TB, tercapainya pengobatan DR-TB yang berkualitas, dan peningkatan hasil pengobatan dengan tingkat keberhasilan tinggi, yang diharapkan dapat dicapai dengan mendirikan rumah sakit TB Mentari sebagai rumah sakit rujukan Xpert dan DR-TB.
Namun bersamaan dengan proses pelaksanaan program Mentari TB tersebut, pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan Wabah COVID-19 sebagai pandemi global, yang tidak hanya mengancam kesehatan publik global tetapi juga mempengaruhi ekonomi global, termasuk Indonesia.
Hingga 30 Juni 2020, data global menunjukkan sejumlah besar kasus, dengan total 10.402.897 kasus yang dikonfirmasi di 213 negara. Pada hari yang sama, Indonesia memiliki 56.385 kasus yang dikonfirmasi, dengan 2.876 kematian (5,1%), ini merupakan tingkat kematian tertinggi kedua di dunia setelah Italia. Tingginya angka kematian ini disebabkan oleh terbatasnya fasilitas kesehatan dan sumber daya terlatih dalam menangani kasus COVID-19, sementara kasus baru terus ditemukan diberbagai provinsi.
Sebagai organisasi dengan lebih dari 437 fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia, Muhammadiyah terpanggil untuk turut mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat pandemi covid-19 ini. Muhammadiyah kemudian terlibat secara aktif dalam memerangi covid-19 dengan mendirikan Pusat Komando Muhammadiyah Covid-19, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) untuk mempercepat respons terhadap COVID-19, dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan melengkapi upaya pemerintah dalam memerangi COVID-19. Gugus tugas ini melibatkan semua elemen (organisasi sayap, lembaga / unit) dari Muhammadiyah, bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan melengkapi upaya pemerintah dalam memerangi COVID-19.
Pada awalnya, Muhammadiyah telah menyiapkan 20 Rumah Sakit Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai respons terhadap COVID-19. Berdasarkan data pada tanggal 30 Juni 2020, terhitung ada 79 Rumah Sakit Muhammadiyah yang telah melakukan perawatan pada lebih dari 6.624 pasien suspek COVID-19. Enam Rumah Sakit Muhammadiyah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa timur, yang menjadi target kegiatan Program Mentari TB, merupakan bagian dari Rumah Sakit utama yang aktif menangani pasien covid-19 ditengah keterbatasan yang ada.
Dalam situasi darurat ini, dibawah satu komando dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, RSMA terus bergerak maju mengerahkan segala sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan dan perawatan terhadap pasien covid-19. Perbedaan kapasitas pelayanan, skill, pengetahuan, dan manajemen yang dimiliki oleh jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah, tidak membuat mereka surut dan gentar, tetapi justru menjadi spirit untuk terus meningkatkan komunikasi, koordinasi dan sinergi seluruh jaringan RSMA untuk berjuang bersama meningkatkan kapasitasnya dalam mendukung perawatan pasien COVID-19, sembari memastikan keselamatan para personel medis mereka.
Melihat semangat dan kiprah perjuangan Muhammadiyah tersebut, USAID kemudian memberikan kepercayaan dan dukungannya melalui MPKU Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai penanggung jawab dan pelaksana program Mentari TB, berupa dana tambahan sebesar 700 ribu dollar untuk melaksanakan program “Mentari Covid-19”.
Program tambahan ini merupakan satu kesatuan dengan Program Mentari TB, namun khusus ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan terkait COVID-19 di Rumah Sakit Muhammadiyah/Aisyiyah (RSMA) dalam penanganan situasi emergency pandemic covid-19, agar kapasitas RSMA dapat terstandarkan sesuai dengan pedoman nasional dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Program Mentari Covid-19 dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, Juli hingga Desember 2020, dan akan diimplementasikan di 30 RSMA utama yang tersebar di tujuh propinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Lampung. Pada tahap selanjutnya, ke 30 RSMA utama tersebut akan menjadi mentor bagi RSMA lainnya sehingga diharapkan setidaknya seluruh 79 RSMA yang saat ini menangani pasien covid-19 akan terpapar oleh program ini.
Secara spesifik, bantuan dana program Mentari Covid-19 tersebut akan segera digunakan untuk menyediakan sarana fasilitas penunjang kesehatan bagi pasien COVID-19 di 30 RSMA yang terlibat dalam program, meningkatkan kapabilitas manajerial RS, meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan klinis dalam hal perawatan pasien COVID-19, serta menguatkan jejaring RSMA dalam pengelolaan kasus COVID-19.
Sehingga diharapkan agar beban kerja pada sistem pelayanan kesehatan akibat pandemic COVID-19 di Indonesia dapat teratasi dengan lebih baik, khususnya pada wilayah yang terlibat dalam proyek bersama ini.
Penyusun: Dhian Rachma
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!